ANALISIS JENIS – JENIS MEDIA AIR YANG MEMPENGARUHI SIKLUS HIDUP AEDES AEGYPTI DI AREA PEMUKIMAN PENDUDUK - REVIEW
ANALISIS JENIS – JENIS MEDIA AIR YANG MEMPENGARUHI SIKLUS HIDUP AEDES AEGYPTI DI AREA PEMUKIMAN PENDUDUK - REVIEW
Oleh : Andri Repelita, SKM, MKKK.*
Pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dapat dilakukan dengan mengendalikan populasi vektor nyamuk Aedes aegypti di area pemukiman penduduk. Perilaku nyamuk betina Aedes aegypti memilih tempat bertelur berubah seiring dengan kondisi lingkungan yang berubah serta adaptasi nyamuk terhadap media tempat perindukannya. Penelitian ini bertujuan menganalisis jenis-jenis media air yang mempengaruhi siklus hidup Aedes-aegypti di area pemukiman penduduk.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode literature review yang berdasarkan descriptive analisis dari penjabaran penelitian-penelitian sebelumnya yang menjelaskan mengenai parameter-parameter lingkungan apa saja yang mempengaruhi perkembang biakan vektor nyamuk Aedes aegypti.
Hasil dan Pembahasan
Nyamuk Aedes aegypti secara behavior pada dasarnya menyukai perindukan yang berisi air bersih, tidak beralaskan tanah dan cenderung gelap. Namun pada beberapa kajian literatur dari perilaku nyamuk Aedes aegypti ditemukan pergeseran perilaku siklus hidup pada berbagai media air yang dijumpai sebagai tempat berkembang-biak dan bertelurnya nyamuk Aedes Aegypti. Pada penelitian Agustin, dkk. (2017) yang membahas mengenai prilaku bertelur nyamuk betina Aedes aegypti pada berbagai karakteristik media air, dijumpai nilai signifikan perubahan perilaku nyamuk Aedes yaitu bertelur pada air tercemar lindi dan eceng gondok yaitu sejumlah 105 butir (lindi) dan 139 butir (eceng gondok). Selanjutnya, hasil penelitian Wuriastuti (2013) mengklasifikasikan media bertelur nyamuk Aaedes Aegypti betina pada air yang ada limbahnya dan air yang tidak ada limbah/tercemar. Nyamuk betina Aedes aegypti memilih air yang dicampur dengan kotoran sapi, yaitu minimal 210 butir telur nyamuk dan maksimal 403 butir telur nyamuk. Hasil studi Agustina (2013) yang melakukan percobaan dengan membedakan media perindukan air bagi nyamuk Aedes Aegypti betina menjadi 3 jenis media yang tercemar oleh cemaran tanah dengan konsentrasi yang berbeda – beda yaitu 10, 30 dan 50 mg/ml, menghasilkan pertambahan jumlah cemaran tanah pada air bersih berbading lurus dengan jumlah peletakkan telur nyamuk. Hasil penelitian Adifian & Ane (2013) membedakan perkembangan telur nyamuk Aedes aegypti berdasarkan tipe media yaitu: media air hujan, media air dari sumur galian, dan media air diselokan, disimpulkan nyamuk Aedes aegypti mempunyai telur terbanyak di media air selokan dengan jumlah rata – rata 35.35%.
Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan berbagai literasi jurnal penelitan yang di-review mengindikasikan perubahan perilaku bertelur nyamuk betina Aedes aegypti secara teoritis menyukai media air bersih. Ternyata terjadi pergeseran perilaku bertelur nyamuk betina Aedes aegypti diberbagai karakteristik media air yang terpolusi/kotor berupa polusi langsung yang berasal dari campur tangan manusia. da beberapa potensi breeding place (tempat berkembang-biak) nyamuk-nyamuk Aedes aegypti disekitar area pemukiman/perumahan dan perlu diwaspadai seperti media tempat pembuangan sampah terbuka (open dumping), selokan, saluran pembuangan air limbah rumah tangga yang tidak tertutup serta area kandang hewan ternak. Dari keseluruhan area tersebut, dapat disikapi dengan upaya perbaikan sanitasi dan prilaku hidup bersih sehat seperti kegiatan 3M (Menguras, Menutup dan Mengubur) barang bekas. Usaha masyarakat/penduduk untuk menerapkan program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) seperti aktif gotong royong di area perumahan, gerakan satu rumah satu jumantik serta membersihkan area sekitar rumah dan tidak membiarkan adanya genangan air hujan. Juga upaya preventif yang dapat dilakukan dengan menanam tanaman pengusir nyamuk seperti sereh wangi, lavender atau bunga zodiac dan dengan memelihara ikan predator pada area yang sulit untuk dikuras/dibersihkan contoh: ikan kepala timah di area lagoon dan kolam serta dengan memasang lavitrap sebagai upaya untuk memutus mata rantai penyakit bersumber nyamuk Aedes aegypti.
*Entomolog Kesehatan Ahli Madya Balai Besar Kekarantinaan Kesehatan Batam.