ANALISIS EFEKTIVITAS PELAKSANAAN RISK BASED ASSESMENT (RBA) DI WILAYAH KERJA TANJUNG UNCANG DAN SAGULUNG
ANALISIS EFEKTIVITAS PELAKSANAAN RISK BASED ASSESMENT (RBA) DI WILAYAH KERJA TANJUNG UNCANG DAN SAGULUNG
Oleh : Bernadete Lukita Makarti,MNS*
Risk Based Assessment (RBA) merupakan sebuah aplikasi yang dikembangkan untuk mendukung kegiatan kewaspadaan terhadap potensi wabah di pintu masuk wilayah Indonesia, khususnya dalam konteks pengawasan alat angkut seperti kapal. Aplikasi ini berfungsi untuk membantu petugas karantina dalam menilai dan mengkategorikan risiko kedatangan kapal berdasarkan dokumen yang diunggah oleh pihak agen kapal. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas aplikasi Sinkarkes dalam proses pemeriksaan dokumen karantina kesehatan kapal di wilayah kerja BBKK Batam pada Triwulan IV Tahun 2024.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif, yaitu pendekatan yang berfokus pada pengumpulan dan analisis data numerik untuk menggambarkan suatu fenomena secara sistematis. Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Tanjung Uncang dan Sagulung dari bulan Oktober hingga Desember 2024. Subjek dalam penelitian ini adalah data tabel yang dihasilkan oleh aplikasi RBA yang dikumpulkan dengan metode studi dokumen, yaitu menelaah dan mengolah data hasil dari aplikasi RBA yang mencakup hasil penilaian risiko kapal berdasarkan dokumen yang diunggah. Selain itu, data pendukung diperoleh melalui wawancara informal dengan petugas karantina kesehatan di wilayah kerja terkait. Analisis data dilakukan secara deskriptif kuantitatif untuk melihat distribusi risiko kapal dan efektivitas sistem dalam mendukung pengambilan keputusan.
Hasil dan Pembahasan
Data yang diperoleh merupakan hasil rekapan dokumen dari aplikasi RBA sepanjang tahun 2024, yang mencatat jumlah dokumen RBA yang diproses setiap bulan. Sebanyak 825 data kapal dianalisis berdasarkan hasil klasifikasi zona risiko yang dihasilkan oleh aplikasi. Hasilnya menunjukkan bahwa sebagian besar kapal diklasifikasikan dalam zona kuning (63%) dan hijau (36,7%), sementara hanya 0,24% kapal yang masuk dalam zona merah. Namun, ditemukan indikasi bahwa efektivitas aplikasi belum optimal. Berdasarkan hasil analisis, banyak dokumen yang diunggah oleh agen kapal memiliki keterangan "NIL" atau berupa dokumen kosong. Meskipun demikian, hanya 2 kapal yang teridentifikasi masuk dalam zona merah. Hal ini menunjukkan bahwa aplikasi belum mampu mendeteksi secara efektif dokumen yang kosong atau tidak valid, sehingga potensi risiko kesehatan dapat terlewatkan. Oleh karena itu, perlu evaluasi terhadap kemampuan validasi dokumen dalam system. Meskipun demikian, Sinkarkes terbukti mempercepat kinerja petugas karena pemeriksaan dapat dilakukan secara daring tanpa perlu turun langsung ke kapal.
Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi terhadap 825 kapal yang diperiksa menggunakan aplikasi Sinkarkes pada Triwulan IV tahun 2024, diperoleh gambaran bahwa mayoritas kapal masuk dalam kategori zona kuning (63%) dan hijau (36,7%), sementara hanya 2 kapal (0,24%) yang diklasifikasikan dalam zona merah . Rekomendasi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan efektivitas RBA antara lain pengembangan sistem validasi dokumen dalam aplikasi Sinkarkes perlu ditingkatkan agar mampu mendeteksi dokumen kosong atau tidak sah (seperti dokumen “NIL”), perlunya penegakan kewajiban administratif, seperti pengunggahan dokumen Surat Permohonan secara wajib, terutama bagi agen kapal disertai surat pernyataan bahwa telah mengunggah dengan benar dan tepat Penyempurnaan fitur aplikasi, termasuk tampilan langsung dokumen penting seperti SSCEC dan pengaturan untuk kapal tertentu agar tidak diwajibkan mengunggah dokumen yang tidak relevan.
*Epidemiolog Kesehatan Ahli Madya Balai Besar Kekarantinaan Kesehatan Batam